Sejarah Thariq Bin Ziyad, Sang penakluk Al-Andalus


Sejarah Thariq bin Ziyad

          

          Thariq bin Ziyad dikenal dalam sejarah sebagai jenderal yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus( Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar, dan sekitarnya) pada tahun 771M. Thariq bin Ziyad adalah prajurit Kerajaan Umawiyah (Bani Umayyah).
Atas perintah Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, Thariq bin Ziyad membawa pasukan umat Muslim menyebrangi selat Gibraltar menuju daratan Eropa.






           
     Masa Kecil Thariq bin Ziyad

          Thariq bin Ziyad lahir pada tahun 50H atau 670M di Khenchela, Aljazair, dari kabilah Nafzah. Ia adalah seseorang yang berasal dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko. Masa kecilnya sama seperti masa kecil kebanyakan umat Islam saat itu, Ia belajar membaca dan menulis, juga menghafal surat-surat Al-Qurán dan Hadist.

          Sejarah mengenai masa kecil Thariq bin Ziyad tidak banyak ditulis oleh sejarawan dalam buku-buku mereka. Tetapi ada beberapa sejarawan yang mengatakan bahwa Thariq bin Ziyad adalah budak dari amir Kerajaan Umawiyah di Afrika Utara, Musa bin Nushair. Lalu Musa membebaskannya dan mengangkatnya menjadi panglima perang. Namun setelah beberapa generasi kemudian, status Thariq bin Ziyad sebagai budak dibantah oleh keturunan-keturunannya.


     Perjuangan Thariq bin Ziyad di Afrika Utara

          Salah satu daerah yang paling strategis di Afrika Utara adalah Maroko. Daerah ini sudah lebih dulu mengenal Islam. Namun penduduk di daerah ini belum menerima Islam secara utuh dan keimanan mereka belum kuat.
                              

          
          Saat itu, sebagian masyarakat Maroko yang belum memiliki iman yang kuat sering berganti agama dari Islam ke agama selainnya. Diantara penyebab pergantian agama ini karena penaklukan Maroko di masa Uqbah bin Nafi', kuarng memperhatikan pendidikan keagamaan. Islam belum mapan di suatu daerah, Uqbah dan pasukannya sudah berangkat ke daerah yang lain.

          Dalam perjalanan menaklukan Afrika Utara, Musa bin Nushair dibuat kagum dengan kesungguhan dan keberanian salah satu pasukannya yaitu Thariq bin Ziyad. Setelah menaklukan beberapa wilayah, akhirnya Musa bin Nushair berhasil menaklukkan kota Al-Hoceima, salah satu kota penting di Maroko. Kota ini adalah wilayah yang strategis untuk mengantarkan pasukan Islam menguasai semua wilayah di Maroko. Musa kembali ke Qairawan, sedangkan Thariq bin Ziyad menetap disana dan memberikan pengajaran keagamaan untuk masyarakat Maroko yang belum teguh imannya.


     Menaklukkan Andalusia

          Salah satu rahasia mengapa agama Islam begitu diterima di wilayah-wilayah yang ditaklukkannya karena umat Islam tidak memperbudak dan bukan bertujuan menguasai, akan tetapi tujuannya adalah membebaskan wilayah tersebut dari kezaliman penguasanya dan hukum-hukum yang tidak adil. Karena hal tersebut lah, kita jumpai wilayah-wilayah yang ditaklukkan umat Islam pribuminya berbondong-bondong masuk agama Islam.
     
          Sebelum umat Islam menguasai Andalus, daratan Siberia itu dikuasai oleh seorang raja zalim yang dibenci oleh rakyatnya, yaitu Raja Roderick. Di sisi lain, berita tentang keadilan umat Islam masyhur di masyarakat seberang Selat Gibraltar ini. Oleh karena itu, orang-orang Andalusia sengaja meminta tolong dan memberi jalan kepada umat Islam untuk menngulingkan Roderick dan membebaskan mereka dari kezalimannya.

          Segera setelah permintaan tersebut sampai kepada Thariq, ia langsung melapor kepada Musa bin Nushair untuk meminta izin membawa pasukan menuju Andalus. Kabar ini langsung disampaikan Musa kepada Khalifah al-Walid bin Abdul Malik dan beliau menyetujui melanjutkan ekspansi penaklukkan Andalus yang telah dirintis sebelumnya.

          Pada bulan Juli 710 M, berangkatlah empat kapal laut yang membawa 500 orang pasukan terbaik umat Islam. Pasukan ini bertugas mempelajari bagaimana medan perang Andalusia, mereka sama sekali tidak melakukan kontak senjata dengan orang-orang Eropa. Setelah persiapan dirasa cukup dan kepastian kabar telah didapatkan, Thariq bin Ziyad membawa serta 7000 pasukan lainnya melintasi lautan menuju Andalusia.

          Mendengar kedatangan kaum muslimin, Roderick yang tengah sibuk menghadapi pemberontak-pemberontak kecil di wilayahnya 
langsung mengalihkan perhatiannya kepada pasukan kaum muslimin. Ia kembali ke ibu kota Andalusia kala itu, Toledo, untuk mempersiapkan pasukannya menghadang serangan kaum muslimin. Roderick bersama 100.000 pasukan yang dibekali dengan peralatan perang lengkap segera berangkat ke Selatan menyambut kedatangan pasukan Thariq bin Ziyad.
          Ketika Thariq bin Ziyad mengetahui bahwa Roderick membawa pasukan yang begitu besar, ia segera menghubungi Musa bin Nushair untuk meminta bantuan. Dikirimlah pasukan tambahan yang jumlahnya hanya 5000 orang.
                                             

          Akhirnya pada 28 Ramadhan 92 H bertepatan dengan 18 Juli 711 M, bertemulah dua pasukan yang tidak berimbang ini di Medina Sidonia. Perang yang dahsyat pun berkecamuk selama delapan hari. Kaum muslimin dengan jumlahnya yang kecil tetap bertahan kokoh menghadapi hantaman orang-orang Visigoth pimpinan Roderick. Keimanan dan janji kemenangan atau syahid di jalan Allah telah memantapkan kaki-kaki mereka dan menyirnakan rasa takut dari dada-dada mereka. Di hari kedelapan, Allah pun memenangkan umat Islam atas bangsa Visigoth dan berakhirlah kekuasaan Roderick di tanah Andalusia.

           Setelah perang besar yang dikenal dengan Perang Sidonia ini, pasukan muslim dengan mudah menaklukkan sisa-sisa wilayah Andalusia lainnya. Musa bin Nushair bersama Thariq bin Ziyad berhasil membawa pasukannya hingga ke perbatasan di Selatan Andalusia.


     Setelah Menaklukkan Andalusia

          Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad tidak hanya mengalahkan penguasa-penguasa zalim di Eropa, namun mereka berhasil menaklukkan hati masyarakat Eropa dengan memeluk Islam. Mereka berhasil menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama mulia dan memuliakan manusia. Manusia tidak lagi menghinakan diri mereka di hadapan sesama makhluk, kemuliaan hanya diukur dengan ketakwaan bukan dengan nasab, warna kulit, status sosial, dan materi. Musa dan Thariq juga berhasil menanamkan nilai-nilai tauhid, memurnikan penyembahan hanya kepada Allah semata.

          Memandang keberhasilan Musa dan Thariq, Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua kembali ke Damaskus.


     Penutup

          Perjuangan dan jasa Thariq bin Ziyad dalam perkembangan Islam di Eropa patut kita apresiasi dan kita contoh. Bagi bangsa Eropa, kedatangan Islam melalui Thariq bin Ziyad membawa dampak besar terhadap perkembangan peradaban mereka, sebagaimana sebagaimana tergambar pada kemajuan Kota Cordoba. Ini merupakan awal kebangkitan modern dan terbitnya matahari yang menerangi kegelapan benua Eropa.

          Jasa-jasa Thariq bin Ziyad dan kepahlawanannya diabadikan dengan nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol dengan nama Selat Gibraltar. Gibraltar adalah kata dalam bahasa Spanyol yang diartikan dalam bahasa Arab sebagai jabal Thariq atau dalam bahasa Indonesia Bukit Thariq.

Semoga Allah membalas jasa-jasa Thariq bin Ziyad...


Sumber :

- Wikipedia
- Kisahmuslim.com


Ditulis oleh Hanif Al Farizi Muhammad





          

Comments

Popular posts from this blog

RESENSI BUKU MATEMATIKA KELAS X SEMESTER 2 KELOMPOK WAJIB

Pengalaman Berorganisasi di OSIS SMPIT Thariq Bin Ziyad